Syukur sama dengan ilham
Ilham yang turun kepada seseorang merupakan suatu
anugerah. Banyak orang yang ingin dirinya memperoleh ilham. Ketahuilah bahwa
syukur merupakan ilham, yakni yang menyadarkan kita, penerang, pemacu untuk
beramal.
"Ya Tuhanku
berilah aku ilham untuk
tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku (QS. Annaml, 27:19)
Syukur mengajak kepada kita untuk merenung; berpikir
secara jernih; membersihkan hati dari tirai-tirai yang sudah kotor. Syukur
mengajak kita untuk memperbaiki pemikiran dari semula negatif menjadi positif.
Jika sebelumnya berada di keramaian, maka “mengasingkan”
dulu dalam perenungan. Melalui shalat, dzikir, tafakur, maka hal itu akan lebih
memudahkan kita untuk bersyukur.
Nafsu pada awalnya kecil. Jika ia terus dikendalikan.
Namun nafsu dapat membesar dan buat onar manakala si empu tidak mampu
mengendalikannya. Nafsu akan mengotori hati sehingga jarak antara hati dan
nikmat tersamarkan. Lambat laun nafsu mengganti pemandangan nikmat dengan
berbagai macam kegelisahan.
Itulah keadaan hati yang sedang dikurung nafsu. Sangat
sulit jiwa melihat nikmat sebab nafsu merupakan penghalang terbesar. Namun jika
nafsu mulai dikendalikan maka serta merta pemandangan nikmat sangat jelas
terlihat hati.
Syukur: Membangun Hidup Optimis
Mengingat nikmat Allah merupakan cara efektif agar hidup
kita kembali optimis. Waktu yang sudah lama tidak pernah bersyukur akan membuat
sulit untuk mengingat nikmat Allah, sebaliknya apabila kita dibiasakan syukur maka
kita sangat merasakan bahwa betapa banyak nikmat Allah yang telah Dia berikan,
alangkah bodohnya jika kita belum mengetahui nikmat apa saja yang telah Dia
berikan kepada kita.
Melalui syukur maka kita akan bahagia, hidup kita akan
dikelilingi dengan nikmat dan berkah. Banyak sekali sumber nikmat yang dekat
dengan hidup kita sehingga hal itu akan menambah ketenangan kita di dalam
beribadah dan beramal.
Syukur membuat kita tenang dalam ibadah
Hikmah syukur selanjutnya adalah kita dapat merasakan
tenang dalam ibadah. Pikiran tidak terpecah saat sedang shalat, dzikir, dan
ibadah lainnya. Shalat berfungsi mengisi rongga jiwa dengan keimanan sehingga
shalat sangat membutuhkan ketenangan di dalam mengerjakannya. Melalui syukur
maka kita akan mendapatkan ketenangan ibadah.
Nikmat dari Allah yang kita terima mulai dari awal kita
diciptakan, saat berada dalam rahim, masa kanak-kanak, masa remaja sampai saat
ini. Allah telah memuliakan kita, tinggal kembali kepada kita apakah kita mau
memuliakan diri kita dengan berbuat baik atau tidak.
Saat kita belum diciptakan, kita tidak ingat apa-apa.
Allah berkuasa untuk menciptakan kita atau tidak. Bagi Dia tidak rugi jika
tidak menciptakan kita.
Atas kasih-sayangnya Allah menciptakan kita. Dia
menciptakan kita sebagai manusia. Sungguh sangat beruntung kita tercipta
sebagai manusia. Kedudukan yang tinggi disandang makhluk bernama manusia. Tugas
kita tinggal mensyukurinya, yakni menggunakan nikmat yang Allah berikan untuk
menggunakannya di jalan Allah.
Syukur membuat semangat beramal
Orang yang bersyukur maka ia akan merasakan bahwa dirinya
lapang. Jiwa yang lapang mengantarkan ia mau berbagi dengan orang-orang di
sekitarnya melalui apa saja yang ia mampu untuk mengerjakannya.
Syukur benar-benar mampu mendongkrak seseorang dari semula
lemah mnjadi kuat, dari semula imperior menjadi superior.
Alhamdulillah,
Allah telah memberikan kepada kita banyak potensi
sehingga melalui potensi tersebut akan melahirkan amalan-amalan yang mulia.
Manusia yang punya tenaga maka ia bersedekah dengan tenaga, ada juga yang
bersedekah dengan harta, bersedekah dengan ilmu, bersedekah melalui doa, dan
semua perbuatan baik adalah sedekah.
Sikap di atas merupakan perwujudan dari ungkapan syukur
seseorang sehingga ia ingin berbagi bahagia dengan orang lain.
Nikmat mana yang kamu lupakan?
Pertanyaan di atas sangat menyentuh hati kita. Kita akan
menjadi orang buta dari nikmat yang besar—padahal nikmat yang ada di hadapan
kita sangat besar—hal itu akan terjadi jika kita tidak mau sadar dari nikmat
Allah.
Orang yang muram atau protes seraya mengatakan “Allah tak
adil atau Allah miskin” maka orang itu telah dibutakan matanya dan dibekukan
pikirannya.
Adapun orang bersyukur maka ia akan mengatakan “Allah
sangat kaya, bijaksana, sangat pemurah, sangat peduli, sangat baik, dan semua
hal yang baik kita sematkan kepada-Nya. Orang yang bersyukur maka ia telah
membuka pintu hati selebar-lebarnya, matanya lebih tajam di dalam menyaksikan
nikmat yang berlimpah.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Arrahman, 55:77)
Nikmat
mana yang kamu dustakan? Adalah pertanyaan untuk meyakinkan kebulatan pengakuan.
Adakah nikmat Allah yang kamu terima?
Sungguh, hati kita tersadar, kita terhenyak dengan segala
kekeliruan dan kelalaian selama ini yang selalu melupakan nikmat dari-Nya,
padahal nikmat pemberian-Nya sangat besar dan sungguh bodoh jika sampai hati
ini melupakan yang besar, yang berharga, dan yang tinggi nilainya.
Sebagai contoh: Allah telah memberikan sepasang tangan
kepada kita. Jika ada yang mau membeli satu (saja) tangan anda, maukah anda
jual? Tentu tidak mau. Kemudian jika tangan anda dibeli dua karung emas, maukah
tangan itu dijual? Tentu kita tak ingin menjualnya. Bahkan isi bumi pun kita
tak mau menjual satu tangan pun. Itulah makna bahwa pemberian dari Allah sangat
berharga.
Namun kenapa banyak orang sampai dilalaikan karena
sepeser uang. Kemudian ia melupakan Allah beserta segenap pemberiannya?
Imam
Al-Ghazali di dalam Kitab
Ihya Ulumuddin mengatakan: Jika kamu haus, kemudian ingin minum, namun
dicegah. Tentu kamu akan membeli air semahal apapun untuk mendapatkan seteguk
air. Bahkan semua isi bumi akan kamu keluarkan untuk membeli seteguk air.
Mengapa kamu tidak mau bersyukur kepada Allah?
Nikmat Allah bernilai Tinggi
Allah telah memberi mata kepada kita. Bagaimana jika kita
diberi tahu bahwa besok mata kita akan digelapkan (dibutakan). Alangkah
sedihnya hati. Kita akan menawar dengan
tawaran yang tertinggi agar mata dapat tetap melihat.
Kita pandangi tubuh kita. Apakah kita akan mau jika satu
saja diambil untuk dijual? Satu jari saja maka kita tidak akan mau menjualnya.
Jika demikian sungguh tinggi nilai pemberian Allah.
Kita lihat ada seseorang yang sakit. Kemudian ia jual
sawah ladang, selanjutny rumah dijual untuk menyembuhkan penyakitnya. Jika
demikian nilai mana yang lebih tinggi? Maka tentu pemberian dari Allah
merupakan pemberian tertinggi.
Penutup
Syukur membuat kita sadar bahwa tidak seharusnya kita
muram atau sedih dengan kondisi hidup, muram hanya membuat hidup susah dan
aneka jenis penyakit berdatangan, ditambah dengan ketidak-sukaan Allah kepada
kita, melalui syukur kita akan sadar bahwa banyak nikmat yang telah dilupakan,
kini nikmat tersebut kita gali kembali, dan nyatalah bahwa nikmat-nikmat yang
banyak telah kita miliki. Wallahu a’lam
bish shawab.
ý Dudi Akasyah Ihsan
|
MAJLISUL ILMI
“SAKINAH”
|
Jakarta, Vila Gading Indah,
Selasa, 30 Oktober 2012 M / 14 Dzulhijjah 1433 H
Jam 13.50 WIB
c
Tidak ada komentar:
Posting Komentar