Anugerah kita sebagai manusia
Dahulu,
manusia belum ada. Allah menciptakan malaikat kemudian menciptakan jin.
Selanjutnya, Allah berkehendak menciptakan manusia. Maka jadilah manusia.
Kemudian beranak-pinak membentuk umat. Kemudian umat manusia berganti-ganti
generasi. Pada saat itu, kita belum ada.
....Allah
berkuasa untuk menciptakan kita atau tidak. Di saat Dia berkehendak maka Dia
pun berkuasa untuk menciptakan kita sebagai ikan, burung, ternak, hewan, atau
serangga. Alhamdulilah, Allah
ciptakan kita sebagai manusia, sebagai mukmin, sebagai muslim, alhamdulillah.
Tenangkan hatimu, jaga semangatmu, dan istiqamah-lah di
dalam mengerjakan tugas-tugas ibadah dan amal kebaikan
Isi
hati dengan iman, isi hati dengan Asma Allah, kenangah terus nikmat-nikmat yang
telah Dia karuniakan kepada-Mu
Menjaga situasi hati
Menjaga
situasi hati merupakan bagian terpenting di samping mengerjakan amal kebaikan.
Perbuatan baik yang disertai dengan menjaga suasana hati maka hasilnya akan
jauh lebih baik dan tahan lama. Tahan lama? Iya, sebab orang yang situasi
hatinya bagus maka ia akan terjaga semangatnya untuk terus menerus berbuat
baik.
Perlu
ada keharmonisan antara hati dengan amal, atau amal dengan hati. Situasi hati
yang baik maka maka akan semakin kondusif ketika hati dibarengi dengan amal.
Demikian juga berbuat baik akan semakin mantap apabila dibarengi dengan hati
yang terjaga.
Contoh pertama: ada orang yang memiliki hati yang baik, ia mempunyai
konsep-konsep atau strategi-strategi, namun ia tidak bisa mengerjakannya
(mengamalkannya). Konsep itu bagus, namun apabia tidak bisa diamalkan olehnya
maka hasilnya kurang maksimal.
Contoh kedua: ada orang yang bisa mengamalkannya namun hatinya tidak
terjaga. Orang ini seperti kambing yang ada di tengah-tengah serigala,
sewaktu-waktu serigala itu akan menerkam, pada saat itu kambing tersebut tidak
tahu bagaimana caranya menyelamatkan diri.
Orang
yang beramal yang tidak menjaga hati maka sewaktu-waktu akan ada serangan yang
mengganggu hatinya. Oleh sebab itulah, betapa pentingnya mensinergiskan hati
dan perbuatan dimana keduanya perlu padu dan saling mendukung.
Perpaduan
diantara keduanya akan melahirkan suatu kekuatan hebat yang tak akan ada
seorang pun mampu membendung kekuatan itu, atas izin Allah.
Memunculkan semangat
Semangat
merupakan anugerah. Tanpa semangat maka kita tak akan melakukan kegiatan. Semangat
itu bisa kita munculkan. Dari manakah sumber semangat itu? Sumber semangat
berasal dari hati. Agar semangat muncul maka hati perlu dikondisikan terlebih
dahulu. Apabila hati telah dikondisikan maka semangat pun muncul seperti mata
air yang mengalir dari celah pegunungan. Dari mana hati mendapatkan sumber
semangat? Maka sumbernya diperoleh dari kasih-sayang (rahmat) Allah SWT.
Agar
semangat memancarkan manfaat yang besar maka semangat perlu dipergunakan untuk
melakukan pekerjaan yang disukai Allah.
Dengan
demikian akan “klop” dari awal sampai akhir. Dengan rincian sebagai berikut:
“Awal semangat dari kasih sayang Allah, kemudian terpancar ke hati, kemudian
hati memproduk semangat, melalui semangat maka bergeraklah/muncullah aktifitas
untuk mengerjakan program-program yang disukai Allah.
Membiasakan Puasa
Melalui
puasa, ibadah kita terasa lebih nyaman. Untuk memperkuat ibadah maka berpuasa
merupakan faktor yang sangat mendukung bagi kenikmatan beribadah. Pikiran kita
tidak terganggu dengan memikirkan nanti pagi mau makan apa, atau nanti siang
makan apa.
Di
saat berbuka terasa nikmatnya makan. Jika selama ini kita memandang makanan
sebagai hal yang biasa, bahkan seringkali dihinggapi bosan dengan menu-menu
yang ada. Namun di saat berbuka puasa, maka makanan apapun terasa sangat
istimewa.
Saat
berpuasa yang terpikir adalah amalan apa yang akan dikerjakan, kemudian
diteruskan dengan pelaksanaan/aplikasi terhadap program-program kebaikan.
Berpuasa
juga mengajak kita untuk merenungi orang-orang yang kekurangan makan (orang
miskin), mereka terbiasa dengan lapar, mereka terbiasa dengan kesulitan
mendapat makan. Bagi mereka nasi merupakan makanan mewah yang sulit terjangkau.
Melalui puasa maka penghayatan kita terhadap nilai-nilai kemanusiaan terasa
sangat dalam. Darinya muncul kepedulian dan empati terhadap sesama. Keinginan
untuk membantu mereka yang membutuhkan merupakan nilai-nilai yang tertanam di
dalam ibadah puasa.
Secara
sepintas, orang berpuasa tampak lemah, namun dibalik itu tersimpan kekuatan
mental yang sangat kuat. Melalui puasa, kreatifitas semakin meningkat, amal
kebaikan semakin banyak. Oleh sebab itu, luangkan oleh kita untuk mengerjakan
puasa sunah. Tentu, Allah akan memberikan pahala yang banyak. Melalui puasa
kualitas kehidupan kita akan semakin baik lagi.
Istiqamah
Istiqamah
yaitu terus menerus di dalam mengerjakan kebaikan. Disebut juga dengan kontinyu. Nabi Muhammad Saw menyampaikan
bahwa amalan yang utama adalah amalan
yang sedikit namun sering dilakukan.
Kita
lihat sungai yang besar, di dalamnya terdapat air yang banyaknya tidak terkira.
Tahukah kita bahwa air sungai itu merupakan gabungan dari anak-anak sungai,
kemudian anak-anak sungai itu sumbernya dari beberapa mata air, adapun mata air
bersumber dari beberapa tetesan air yang terpilih. Hal itu menunjukan bahwa
bermula dari yang sedikit namun apabila terjadi secara terus menerus maka
tetesan air itu akan memberikan manfaat yang besar.
Kita
sering mengatakan bahwa: “Saya tidak mampu untuk berbuat baik sebesar itu,
sebab membutuhkan kekuatan yang besar.” Itulah ungkapan sebagian besar orang
yang suka menunda-nunda kebaikan.
Padahal
suatu kebaikan atau kontribusi bukanlah
bermua dari sesuatu yang besar namun berawal dari sesuatu yang sedikit namun
kontinyu (istiqamah).
Suatu
kebaikan akan memberi pengaruh besar apabila dikerjakan secara terus menerus.
Kita lihat keberhasilan yang telah diraih oleh orang-orang terdahulu dimana hal
itu semuanya bersumber dari ketekunan mereka di dalam mengerjakan suatu amal.
Sebaliknya, ada juga orang yang diberikan modal yang besar namun karena ia
tidak tekun maka modal itu habis dengan sia-sia.
Kita
terlahir sebagai manusia yang memiliki potensi (bakat) dan bekal masing-masing.
Pergunakanlah bekal itu dengan sebaik-baiknya, ulet, tekun, dan terus menerus. Maka
insya Allah, hasil dari kebaikan kita akan memberi manfaat baik untuk
kepentingan kita maupun bagi kepentingan orang banyak.
Penutup
Dakwah
nafsiyah adalah dakwah yang diperuntukan bagi diri sendiri. Melalui nasihat ini
kita dituntut untuk melakukan evaluasi diri, di samping itu kita juga diajak
untuk menggali potensi yang kita miliki, kemudian kita gunakan potensi (bakat)
tersebut untuk li i’la-i kalimatillaah yaitu
untuk menyebarkan kalimat allah ke berbagai pelosok bumi.
Dudi Akasyah
Selasa, 25 desember 2012 M
Jam 16.33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar