Arsip Blog

Rabu, 18 September 2013

Dakwah Nafsiyah



Anugerah kita sebagai manusia
Dahulu, manusia belum ada. Allah menciptakan malaikat kemudian menciptakan jin. Selanjutnya, Allah berkehendak menciptakan manusia. Maka jadilah manusia. Kemudian beranak-pinak membentuk umat. Kemudian umat manusia berganti-ganti generasi. Pada saat itu, kita belum ada.
....Allah berkuasa untuk menciptakan kita atau tidak. Di saat Dia berkehendak maka Dia pun berkuasa untuk menciptakan kita sebagai ikan, burung, ternak, hewan, atau serangga. Alhamdulilah, Allah ciptakan kita sebagai manusia, sebagai mukmin, sebagai muslim, alhamdulillah.
Tenangkan hatimu, jaga semangatmu, dan istiqamah-lah di dalam mengerjakan tugas-tugas ibadah dan amal kebaikan
Isi hati dengan iman, isi hati dengan Asma Allah, kenangah terus nikmat-nikmat yang telah Dia karuniakan kepada-Mu
Menjaga situasi hati
Menjaga situasi hati merupakan bagian terpenting di samping mengerjakan amal kebaikan. Perbuatan baik yang disertai dengan menjaga suasana hati maka hasilnya akan jauh lebih baik dan tahan lama. Tahan lama? Iya, sebab orang yang situasi hatinya bagus maka ia akan terjaga semangatnya untuk terus menerus berbuat baik.
Perlu ada keharmonisan antara hati dengan amal, atau amal dengan hati. Situasi hati yang baik maka maka akan semakin kondusif ketika hati dibarengi dengan amal. Demikian juga berbuat baik akan semakin mantap apabila dibarengi dengan hati yang terjaga.
Contoh pertama: ada orang yang memiliki hati yang baik, ia mempunyai konsep-konsep atau strategi-strategi, namun ia tidak bisa mengerjakannya (mengamalkannya). Konsep itu bagus, namun apabia tidak bisa diamalkan olehnya maka hasilnya kurang maksimal.
Contoh kedua: ada orang yang bisa mengamalkannya namun hatinya tidak terjaga. Orang ini seperti kambing yang ada di tengah-tengah serigala, sewaktu-waktu serigala itu akan menerkam, pada saat itu kambing tersebut tidak tahu bagaimana caranya menyelamatkan diri.
Orang yang beramal yang tidak menjaga hati maka sewaktu-waktu akan ada serangan yang mengganggu hatinya. Oleh sebab itulah, betapa pentingnya mensinergiskan hati dan perbuatan dimana keduanya perlu padu dan saling mendukung.
Perpaduan diantara keduanya akan melahirkan suatu kekuatan hebat yang tak akan ada seorang pun mampu membendung kekuatan itu, atas izin Allah.
Memunculkan semangat
Semangat merupakan anugerah. Tanpa semangat maka kita tak akan melakukan kegiatan. Semangat itu bisa kita munculkan. Dari manakah sumber semangat itu? Sumber semangat berasal dari hati. Agar semangat muncul maka hati perlu dikondisikan terlebih dahulu. Apabila hati telah dikondisikan maka semangat pun muncul seperti mata air yang mengalir dari celah pegunungan. Dari mana hati mendapatkan sumber semangat? Maka sumbernya diperoleh dari kasih-sayang (rahmat) Allah SWT.
Agar semangat memancarkan manfaat yang besar maka semangat perlu dipergunakan untuk melakukan pekerjaan yang disukai Allah.
Dengan demikian akan “klop” dari awal sampai akhir. Dengan rincian sebagai berikut: “Awal semangat dari kasih sayang Allah, kemudian terpancar ke hati, kemudian hati memproduk semangat, melalui semangat maka bergeraklah/muncullah aktifitas untuk mengerjakan program-program yang disukai Allah.
Membiasakan Puasa
Melalui puasa, ibadah kita terasa lebih nyaman. Untuk memperkuat ibadah maka berpuasa merupakan faktor yang sangat mendukung bagi kenikmatan beribadah. Pikiran kita tidak terganggu dengan memikirkan nanti pagi mau makan apa, atau nanti siang makan apa.
Di saat berbuka terasa nikmatnya makan. Jika selama ini kita memandang makanan sebagai hal yang biasa, bahkan seringkali dihinggapi bosan dengan menu-menu yang ada. Namun di saat berbuka puasa, maka makanan apapun terasa sangat istimewa.
Saat berpuasa yang terpikir adalah amalan apa yang akan dikerjakan, kemudian diteruskan dengan pelaksanaan/aplikasi terhadap program-program kebaikan.
Berpuasa juga mengajak kita untuk merenungi orang-orang yang kekurangan makan (orang miskin), mereka terbiasa dengan lapar, mereka terbiasa dengan kesulitan mendapat makan. Bagi mereka nasi merupakan makanan mewah yang sulit terjangkau. Melalui puasa maka penghayatan kita terhadap nilai-nilai kemanusiaan terasa sangat dalam. Darinya muncul kepedulian dan empati terhadap sesama. Keinginan untuk membantu mereka yang membutuhkan merupakan nilai-nilai yang tertanam di dalam ibadah puasa.
Secara sepintas, orang berpuasa tampak lemah, namun dibalik itu tersimpan kekuatan mental yang sangat kuat. Melalui puasa, kreatifitas semakin meningkat, amal kebaikan semakin banyak. Oleh sebab itu, luangkan oleh kita untuk mengerjakan puasa sunah. Tentu, Allah akan memberikan pahala yang banyak. Melalui puasa kualitas kehidupan kita akan semakin baik lagi.
Istiqamah
Istiqamah yaitu terus menerus di dalam mengerjakan kebaikan. Disebut juga dengan kontinyu. Nabi Muhammad Saw menyampaikan bahwa amalan yang utama adalah amalan yang sedikit namun sering dilakukan.
Kita lihat sungai yang besar, di dalamnya terdapat air yang banyaknya tidak terkira. Tahukah kita bahwa air sungai itu merupakan gabungan dari anak-anak sungai, kemudian anak-anak sungai itu sumbernya dari beberapa mata air, adapun mata air bersumber dari beberapa tetesan air yang terpilih. Hal itu menunjukan bahwa bermula dari yang sedikit namun apabila terjadi secara terus menerus maka tetesan air itu akan memberikan manfaat yang besar.
Kita sering mengatakan bahwa: “Saya tidak mampu untuk berbuat baik sebesar itu, sebab membutuhkan kekuatan yang besar.” Itulah ungkapan sebagian besar orang yang suka menunda-nunda kebaikan.
Padahal suatu kebaikan atau kontribusi  bukanlah bermua dari sesuatu yang besar namun berawal dari sesuatu yang sedikit namun kontinyu (istiqamah).
Suatu kebaikan akan memberi pengaruh besar apabila dikerjakan secara terus menerus. Kita lihat keberhasilan yang telah diraih oleh orang-orang terdahulu dimana hal itu semuanya bersumber dari ketekunan mereka di dalam mengerjakan suatu amal. Sebaliknya, ada juga orang yang diberikan modal yang besar namun karena ia tidak tekun maka modal itu habis dengan sia-sia.
Kita terlahir sebagai manusia yang memiliki potensi (bakat) dan bekal masing-masing. Pergunakanlah bekal itu dengan sebaik-baiknya, ulet, tekun, dan terus menerus. Maka insya Allah, hasil dari kebaikan kita akan memberi manfaat baik untuk kepentingan kita maupun bagi kepentingan orang banyak.
Penutup
Dakwah nafsiyah adalah dakwah yang diperuntukan bagi diri sendiri. Melalui nasihat ini kita dituntut untuk melakukan evaluasi diri, di samping itu kita juga diajak untuk menggali potensi yang kita miliki, kemudian kita gunakan potensi (bakat) tersebut untuk li i’la-i kalimatillaah yaitu untuk menyebarkan kalimat allah ke berbagai pelosok bumi.


Dudi Akasyah
Selasa, 25 desember 2012 M
Jam 16.33

Tidak ada komentar:

Posting Komentar