Arsip Blog

Rabu, 18 September 2013

Jauharut Tausiyah



Nasihat dari Wahab bin Munabbih
Wahab bin Munabbih ra berkata bahwa di dalam Kitab Taurat tertulis: 
Orang yang rakus adalah fakir walaupun ia memiliki seluruh dunia.
Orang yang rakus adalah fakir walaupun ia memiliki seluruh dunia. Orang seperti orang ini merasakan kehausan yang sangat kepada dunia. Di saat orang lain memperoleh rezeki, ia mengatakan bahwa seharusnya rezeki itu untuk dirinya. Ia merasa belum punya apa-apa, sedangkan orang lain miskin dipandang oleh dirinya sebagai suatu kewajaran. Dirinya yang pantas menyandang gelar orang kata, tak ada yang dia pikirkan selain bagaimana kekayaannya bertambah. Tak sudi sepeser pun hartanya berpindah tangan. Meski kekayaannya sudah banyak, tetapi ia merasakan kekeringan yang sangat dari dunia.
Oleh sebab itulah, orang kaya yang tamak maka ia sesungguhnya adalah orang miskin. Ia tidak akan mampu berbuat amal dengan kekayaannya. Bagi orang tamak, maka kekayaannya ebih mendorong si empu ke lembah dosa, ketimbang ke pintu surga.
Orang yang taat kepada Allah maka akan ditaati manusia
Allah SWT adalah pengatur alam semesta. Semua yang ada di langit patuh kepadanya, demikian juga sebagian besar penghuni yang ada di bumi. Oleh sebab itu, jika ada manusia yang taat kepada Allah maka manusia tersebut akan ditaati oleh banyak orang.
Allah yang membolak-balik hati, Dia akan mengarahkan hati manusia kepada hamba-hamba-Nya yang taat. Orang taat kepada Allah maka Dia akan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan unggulan. Tentu, jika Allah menyukai, maka manusia pun menyukai.
Orang qanaah adalah kaya sekalipun ia sering kelaparan
Bagi orang qanaah maka semua yang terjadi kepadanya selalu dia terima dengan lapang dada (qanaah artinya puas atau cukup dengan apa yang ada). Dalam keadaan apapun orang qanaah selalu merasa dirinya serba berkecukupan. Sesulit apapun keadaan yang dia alami, ia selalu berdada lapang. Tak terbetik oleh dirinya untuk meminta-minta keada orang lain. Baginya cukup hanya Allah yang memberikan bantuan. Di dalam Kitab Nashaihul Ibad, disebutkan bahwa orang yang qanaah adalah orang kaya, meskipun ia dalam keadaan lapar.
Nasihat Dzunnun Al-Mishry
Dzunnun Al-Misry (p. 84). Berkata: Orang yang makrifat (telah mengenal dengan baik) kepada Allah, maka ia akan:
Hatinya selalu terpaut kepada Allah
Orang yang telah mengenal Allah, maka ia akan sangat peka kepada-Nya. Setiap orang yang menyebut asma-Nya maka hatinya bergetar. Kemana pun ia melangkah, hatinya selalu terpaut kepada Allah. Meskipun mulut tidak berucap namun pikiran dan hatinya selalu mengenang Allah.
Amal baiknya bertambah
Orang yang makrifat (telah mengenal Allah) maka ia akan menambah amal baiknya, oleh sebab Allah selalu menyampaikan di dalam firman-Nya agar manusia berbuat baik. Allah memberi tahu banyak keutamaan berbuat baik.
Amal jeleknya berkurang
Allah selalu melarang manusia berbuat jelek. Di dalam banyak ayat, Allah menyatakan kerugian berbuat jelek. Oleh sebab itu, siapa saja orangnya yang telah makrifat (mengenal Allah) maka ia akan berupaya menjauhi perbuatan yang tidak baik.
Nasihat Para Ahi Hikmah
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Syarah Muhammad Nawawi bin Umar, di dalam Kitab Nashaihul Ibad, bahwa sebagian para ahli hikmah mengatakan, bahwa iman mempunyai empat ciri, yaitu:
1)  Takwa
Takwa artinya takut kepada Allah. Menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Orang yang percaya kepada Allah maka ia tidak akan takut kecuali kepada Allah.  Ia juga akan merasakan besar sekali manfaat takwa di dalam kehidupannya. Hidupnya akan lebih disiplin, sebab Allah selalu mengawasinya. Jika sebelumnya orang itu banyak yang ditakuti (seperti: takut miskin, takut kurang makan, takut kepada manusia, jin, dan sebagainya) maka bagi orang takwa yang ditakutinya hanya Allah.
Takut kepada Allah bukan ditunjukkan dengan menjauhi-Nya namun perlu semakin dekat kepada-Nya. Patuh dan taat kepada-Nya.
Melalui kepatuhan dan ketundukan kita di dalam menjalankan perintahNya maka kita akan memperoleh kebahagiaan dan kemenangan hidup yang hakiki.
2)  Hayya
Hayya artinya malu. Di saat akan melakukan kejelakan, orang yang memiliki sifat hayya akan malu saat hendak melakukan kejelekan tersebut. Malu (hayya) bermakna enggan untuk mengerjakan kejelekan.
Setiap kali akan melakukan hal yang tidak baik, ia berkata: saya malu untuk mengerjakan ini. Oleh sebab itu saya tidak mau.
Perasaan malu muncul oleh sebab ia merasakan betapa banyak nikmat Allah yang telah dia terima sehingga “masa iya” dirinya harus melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah. Hal itulah yang menjadikan seorang mukmin mempunyai sifat hayya (mau berbuat jelek)
3)  Syukur
Syukur adalah “menggunakan nikmat yang diberikan Allah untuk perbuatan yang disukai Allah.” Seorang mukmin akan sadar bahwa semua potensi (anugerah) yang Allah berikan maka perlu dipergunakan unuk memperoleh keridhoanNya.
Seorang mukmin akan merasakan bahwa Allah SWT telah memberikan banyak rezeki kepadanya, oleh sebab itu mereka sangat bersyukur kepada-Nya.
Allah SWT telah memberikan karunia yang sangat besar, yaitu iman dan Islam. Keduanya merupakan merupakan nikmat terbesar. Melalui keduanya, kita dapat mengenal Allah, menyebut asma-Nya, mengetahui ajaran-ajaran-Nya, dan diberikan taufik untuk beribadah kepada-Nya (seperti: shalat, zakat, puasa, dan ibadah lainnya).
Nikmat selanjutnya berupa karunia makan, minum, ilmu, sehat, nikmat siang dan malam, dan sebagainya.
Melalui syukur maka kita akan sadar bahwa betapa Allah telah memberikan kepada kita nikmat yang banyak.
4)  Sabar
Sabar artinya “menahan diri” dari perbuatan yang tidak disukai Allah. Sorang mukmin akan berupaya menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak disukai Allah. Dalam situasi apapun mereka akan sabar di dalam mengendalikan diri. Di saat mereka berada dalam kelapangan maka mereka berupaya untuk rendah hati dan membelanjakan sebagian hartanya di jalan Allah. Di saat mereka berada dalam kesempitan maka mereka tetap lapang dada, ridha, dan menghindarkan diri dari perbuatan buruk.
Penutup
Nasihat dari para ulama dan orang-orang salih merupakan penyejuk hati, penglipur lara, pemantap hati yang sedang bimbang, penyadar bagi yang sedang lalai, membangkitkan orang yang sedang terpuruk, dan penyemangat bagi yang sedang malas. Semoga kehidupan kita selalu dibimbing oleh nasihat-nasihat orang salih sehingga perjalanan hidup kita lebih terbimbing menuju keselamatan. Amin ya Mujiiba sa-iliin.

Dudi Akasyah
Ahad, 24 Des 2012, jam 15:38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar