TAFAKUR 13 September 2014
HIKMAH
TAFAKUR
Dan sesungguhnya
Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia,
mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai
(QS. Al-A’raf, 7:179)
Definisi
Tafakur berasal dari kata fikr
yang artinya memikirkan, berpikir, menggunakan akal, menggunakan inderawi
mata, telinga, mulut, otak, hati, kulit, rasa, hidung, dan sejenisnya.
Mukadimah
Pernahkah
kita mentafakuri matahari? Ia setiap hari menerangi kita, kita menjemur pakaian
mengambil manfaat darinya. Pernahkah kita menengadahkan wajah kita ke langit,
menyaksikan awan putih, langit yang luas, atau bintang-bintang. Pernahkah kita
meluangkan waktu untuk memikirkan detak jantung, peredaran darah. Pernah tidak kita
mengamati daun-daunan, warna bunga, mengamati semut, memahami dan menghayati perintah Allah,
merenungi syariat, dan banyak lagi objek yang dapat kita tafakuri.
Melalui
tafakur kita akan refresh, menjernihkan
pikir yang selama ini sering diperkeruh oleh ambisi dan nafsu.
Mata
bukanlah untuk melihat maksiyat, telinga juga bukan untuk mendengarkan hal yang
tidak berguna, demikian juga mulut, dan akal pikiran.
Namun,
sesungguhnya penciptaan mata, telinga, mulut, pikiran, dan hati adalah untuk
mencerap dan menyaksikan betapa kemaha-besaran Allah
Mata
menjadi saksi saat memandang keagungan ciptaan Allah. Telinga menjadi saksi
saat mendengarkan suara burung-burung, suara-suara hewan, mendengarkan nasihat
dan gema ayat Al-Qur’an, dan mulut pun menjadi saksi untuk mengatakan
kebenaran, menerima ilmu, dan nasihat.
Janganlah
kita menjadi orang yang setiap hari diberi cahaya matahari namun satu saat pun
belum pernah kita mentafakuri penciptaan matahari.
Janganlah
kita dipayungi awan, jika satu saat pun belum pernah merenungi awan.
Janganlah
kita seperti orang yang suka menerima air hujan, tetapi kita tidak mau sejenak
pun mentafakuri karunia hujan.
Ajakan
untuk tafakur adalah suatu ajakan agar kita kembali kepada pengabdian kita
kepada Allah
dengan
pengabdian yang khidmat, ibadah yang mendalam, serta pemantapan keimanan.
Uraian
Arianti Wahyuni, menulis dalam artikelnya berjudul Berfikir (Tafakur) sebagai Jalan Masuknya
Hikmah (2012). Ia menulis pepatah Barat mengatakan: I hear, I forget, I see, I Know, I understand.
Menerima kebenaran dengan menemukan kebenaran adalah suatu hal
yang berbeda.
Kebenaran yang ditemukan sendiri ibarat mata air yang tak pernah
kering, sedangkan kebenaran yang kita terima dari manusia seperti hujan di
musim kemarau.
Ali bin Abi Thalib
berkata: “Janganlah kamu mengenal
dan mengikuti kebenaran karena tokohnya, tetapi kenalilah kebenaran itu
sendiri, niscaya kamu akan mengetahui siapa tokohnya.”
Said Hawa dalam Al-Mustakhlash
fi Tazkiyatil Anfus, berkata bahwa kemampuan akal tidak akan terwujud
kecuali dengan perpaduan dzikir dan pikir pada diri manusia (Artikel, Tafakur, dari www.dakwatuna.com/2010/04)
Abu Darda
berkata: “tafakur adalah amalan
yang paling utama, dengan tafakur seseorang bisa memahami sesuatu hingga
hakikat.”
Imam Syafii
berkata “milikilah kepandaian
dalam mengambil keputusan dengan berpikir.”
Sayid Qutub dalam Tafsir Fi
Zhilalil Quran menulis bahwa ulul albaab adalah orang-orang yang memiliki
pemikiran dan pemahaman yang benar. (Sigit Indrijono, Keutamaan Tafakur, 23 Maret 2011, Republika.co.id)
Ibnu Qayyim berkata: “Berpikir akan membuahkan ilmu pengetahuan,
pengetahuan akan melahirkan perubahan pada hati, hati akan melahirkan kehendak,
dan kehendak akan melahirkan amal perbuatan.”
Imam Al-Ghazali
berkata bahwa semua yang ada di
alam semesta adalah ciptaan dan karya Allah, semuanya memiliki keajaiban
masing-masing, semuanya perlu ditafakuri. Tafakur merupakan pemikiran tanpa
batas, kecuali memikirkan dzat Allah maka hal itu tidak diperbolehkan sebab
akal pikiran tak akan sanggup melakukannya. Ibnu Abbas
berkata: “Dzat Allah
terhalang oleh oleh tirai
sifat-sifatNya, dan sifat-sifatNya terhijab oleh tirai karya-karyaNya.
Luqman Al-Hakim
berkata kepada anaknya: “Wahai
anakku, sesungguhnya hikmah itu mendudukan orang-orang miskin di tempat para
raja.”
Ali bin Abi Thalib
berkata: "Tiada ilmu yang
lebih baik daripada hasil tafakur."
Di dalam Al-Qur'an ditemukan sedikitnya 130 kali anjuran manusia
agar bertafakur.
Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas
meriwayatkan bahwa Nabi
bersabda: Berpikirlah (tafakur) tentang penciptaan Allah
dan jangan berpikir tentang dzat Allah
Ada atsar yang diriwayatkan Ibnu Hibban berbunyi: "Bertafakur
sejenak lebih baik daripada ibadah seribu tahun.”
Hasan Al-Basri
berkata: Tafakur itu seperti cermin yang dapat menunjukan kebaikan dan
kejelekanmu. Dengan cermin itu, manusia dapat melihat tanda-tanda yang diberikan
Allah
baik yang jelas maupun yang samar, sehingga ia
dapat lurus di dalam pengabdian kepada Allah 
Allah
berfirman: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi
neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS. Al-A’raf, 7:179)
Kenapa
Allah
memberi
ancaman seperti ayat di atas, sebab akal, hati, mata, dan telinga itu adalah
amanah yang kelak akan ditanya, digunakan apakah mata selama ini, digunakan apa
akal selama itu, digunakan apa otak kita, dan seterusnya.
Tafakur
melahirkan Dzikir
Sepanjang kita membuka mata, telinga, akal
dan hati, maka selama itu pula kita dapat melakukan tafakur. Di sekeliling kita
terdapat banyak hal yang ditafakuri. Di saat kita tafakur terbetiklah kita
untuk memuji penciptaan apa-apa yang ada di sekeliling kita. Kita akan langsung
teringat kepada Allah, kita akan berkata kepada-Nya Ya Allah, sungguh engkau pencipta yang paling baik.
Penutup
Gunakanlah
akal pikiran kita untuk tafakur. Melalui tafakur maka kita akan memahami apa
yang Allah perintahkan kepada kita. Melalui tafakur kita akan lebih meluruskan
niat, memantapkan hati, memperdalam ilmu pengetahuan, memperluas wawasan, mengetahui
rahasia-rahasia tersembunyi, memperoleh ilham, memperoleh pahala yang banyak,
mampu belajar dari alam, mampu melakukan tindakan secara tepat dan cerdas,
perbuatan yang berkualitas; serta masih banyak hikmah lainnya yang terkandung
dalam tafakur. Wallahu a’lam bish shawab.
Dudi Akasyah
13 September
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar