Arsip Blog

Selasa, 27 Januari 2015

Hikmah Tafakur


TAFAKUR 13 September 2014

HIKMAH TAFAKUR

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS. Al-A’raf, 7:179)  

Definisi
Tafakur berasal dari kata fikr yang artinya memikirkan, berpikir, menggunakan akal, menggunakan inderawi mata, telinga, mulut, otak, hati, kulit, rasa, hidung, dan sejenisnya.
Mukadimah
Pernahkah kita mentafakuri matahari? Ia setiap hari menerangi kita, kita menjemur pakaian mengambil manfaat darinya. Pernahkah kita menengadahkan wajah kita ke langit, menyaksikan awan putih, langit yang luas, atau bintang-bintang. Pernahkah kita meluangkan waktu untuk memikirkan detak jantung, peredaran darah. Pernah tidak kita mengamati daun-daunan, warna bunga, mengamati semut,  memahami dan menghayati perintah Allah, merenungi syariat, dan banyak lagi objek yang dapat kita tafakuri.
Melalui tafakur kita akan refresh, menjernihkan pikir yang selama ini sering diperkeruh oleh ambisi dan nafsu.
Mata bukanlah untuk melihat maksiyat, telinga juga bukan untuk mendengarkan hal yang tidak berguna, demikian juga mulut, dan akal pikiran.
Namun, sesungguhnya penciptaan mata, telinga, mulut, pikiran, dan hati adalah untuk mencerap dan menyaksikan betapa kemaha-besaran Allah  
Mata menjadi saksi saat memandang keagungan ciptaan Allah. Telinga menjadi saksi saat mendengarkan suara burung-burung, suara-suara hewan, mendengarkan nasihat dan gema ayat Al-Qur’an, dan mulut pun menjadi saksi untuk mengatakan kebenaran, menerima ilmu, dan nasihat.
Janganlah kita menjadi orang yang setiap hari diberi cahaya matahari namun satu saat pun belum pernah kita mentafakuri penciptaan matahari.
Janganlah kita dipayungi awan, jika satu saat pun belum pernah merenungi awan.
Janganlah kita seperti orang yang suka menerima air hujan, tetapi kita tidak mau sejenak pun mentafakuri karunia hujan.
Ajakan untuk tafakur adalah suatu ajakan agar kita kembali kepada pengabdian kita kepada Allah  dengan pengabdian yang khidmat, ibadah yang mendalam, serta pemantapan keimanan.
Uraian
Arianti Wahyuni, menulis dalam artikelnya berjudul Berfikir (Tafakur) sebagai Jalan Masuknya Hikmah (2012). Ia menulis pepatah Barat mengatakan: I hear, I forget, I see, I Know, I understand.
Menerima kebenaran dengan menemukan kebenaran adalah suatu hal yang berbeda.
Kebenaran yang ditemukan sendiri ibarat mata air yang tak pernah kering, sedangkan kebenaran yang kita terima dari manusia seperti hujan di musim kemarau.
Ali bin Abi Thalib  berkata: “Janganlah kamu mengenal dan mengikuti kebenaran karena tokohnya, tetapi kenalilah kebenaran itu sendiri, niscaya kamu akan mengetahui siapa tokohnya.”
Said Hawa dalam Al-Mustakhlash fi Tazkiyatil Anfus, berkata bahwa kemampuan akal tidak akan terwujud kecuali dengan perpaduan dzikir dan pikir pada diri manusia (Artikel, Tafakur, dari www.dakwatuna.com/2010/04)
Abu Darda  berkata: “tafakur adalah amalan yang paling utama, dengan tafakur seseorang bisa memahami sesuatu hingga hakikat.”
Imam Syafii  berkata “milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan dengan berpikir.”
Sayid Qutub dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran menulis bahwa ulul albaab adalah orang-orang yang memiliki pemikiran dan pemahaman yang benar. (Sigit Indrijono, Keutamaan Tafakur, 23 Maret 2011, Republika.co.id)
Ibnu Qayyim berkata: “Berpikir akan membuahkan ilmu pengetahuan, pengetahuan akan melahirkan perubahan pada hati, hati akan melahirkan kehendak, dan kehendak akan melahirkan amal perbuatan.”
Imam Al-Ghazali  berkata bahwa semua yang ada di alam semesta adalah ciptaan dan karya Allah, semuanya memiliki keajaiban masing-masing, semuanya perlu ditafakuri. Tafakur merupakan pemikiran tanpa batas, kecuali memikirkan dzat Allah maka hal itu tidak diperbolehkan sebab akal pikiran tak akan sanggup melakukannya. Ibnu Abbas  berkata: “Dzat Allah  terhalang oleh oleh tirai sifat-sifatNya, dan sifat-sifatNya terhijab oleh tirai karya-karyaNya.
Luqman Al-Hakim  berkata kepada anaknya: “Wahai anakku, sesungguhnya hikmah itu mendudukan orang-orang miskin di tempat para raja.”
Ali bin Abi Thalib  berkata: "Tiada ilmu yang lebih baik daripada hasil tafakur."
Di dalam Al-Qur'an ditemukan sedikitnya 130 kali anjuran manusia agar bertafakur.
Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas  meriwayatkan bahwa Nabi  bersabda: Berpikirlah (tafakur) tentang penciptaan Allah  dan jangan berpikir tentang dzat Allah  
Ada atsar yang diriwayatkan Ibnu Hibban berbunyi: "Bertafakur sejenak lebih baik daripada ibadah seribu tahun.”
Hasan Al-Basri  berkata: Tafakur itu seperti cermin yang dapat menunjukan kebaikan dan kejelekanmu. Dengan cermin itu, manusia dapat melihat tanda-tanda yang diberikan Allah  baik yang jelas maupun yang samar, sehingga ia dapat lurus di dalam pengabdian kepada Allah  
Allah  berfirman: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS. Al-A’raf, 7:179)
Kenapa Allah  memberi ancaman seperti ayat di atas, sebab akal, hati, mata, dan telinga itu adalah amanah yang kelak akan ditanya, digunakan apakah mata selama ini, digunakan apa akal selama itu, digunakan apa otak kita, dan seterusnya.
Tafakur melahirkan Dzikir
Sepanjang kita membuka mata, telinga, akal dan hati, maka selama itu pula kita dapat melakukan tafakur. Di sekeliling kita terdapat banyak hal yang ditafakuri. Di saat kita tafakur terbetiklah kita untuk memuji penciptaan apa-apa yang ada di sekeliling kita. Kita akan langsung teringat kepada Allah, kita akan berkata kepada-Nya Ya Allah, sungguh engkau pencipta yang paling baik.
Penutup
Gunakanlah akal pikiran kita untuk tafakur. Melalui tafakur maka kita akan memahami apa yang Allah perintahkan kepada kita. Melalui tafakur kita akan lebih meluruskan niat, memantapkan hati, memperdalam ilmu pengetahuan, memperluas wawasan, mengetahui rahasia-rahasia tersembunyi, memperoleh ilham, memperoleh pahala yang banyak, mampu belajar dari alam, mampu melakukan tindakan secara tepat dan cerdas, perbuatan yang berkualitas; serta masih banyak hikmah lainnya yang terkandung dalam tafakur. Wallahu a’lam bish shawab.
Dudi Akasyah
13 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar