Arsip Blog

Rabu, 06 November 2013

Dudi Akasyah dan Keluarga Besar



Ustadz Dudi Akasyah, tinggal di Vila Gading Indah, sebuah komplek perumahan elit di Kelapa Gading, Jakarta. Di sana ia merasa betah sebab berbagai fasilitas yang menunjang profesi tersedia lengkap. Ia merasakan bahwa dirinya merupakan keluarga besar Vila Gading Indah.
Saat hendak mengerjakan shalat, Ustadz sering ke Kodamar (Pangkalan Utama TNI-AL) yang berada di seberang di seberang kali. Karena sering ke masjid akhirnya bertemu banyak teman dari kodamar, sehingga ia merasa menjadi keluarga besar TNI-AL. Alhamdulillah.
Kemudian, ustadz berkunjung ke Pedongkelan, sebuah tempat kumuh, dihuni oleh pengemis, pengamen, dan pemulung. Beliau menjaga silaturahmi, sedekah ilmu dan yang lainnya. Sudah sekitar 6 tahun Ust. Dudi mengadakan kegiatan amal di sana. Ia merasa sangat dekat dengan mereka dan mereka pun sangat akrab dan senantiasa menanti kedatangannya. Ustadz Dudi merasa bahwa beliu merupakan keluarga besar warga Pedongkelan. Tadi pagi setelah mengisi kuliah subuh, ia duduk termenung di Pedongkelan, terasa sejuk sekali kalbu ini, Alhamdulillah.
Hikmah dari semua itu adalah persahabatan, kekerabatan, dan kekeluargaan, adalah bersumber dari SILATURAHMI, alhamdulillah.
06:28, Tue 05-11-2013

Senin, 04 November 2013

Beberapa Buku Dudi Akasyah



















BEBERAPA BUKU

KARYA DUDI AKASYAH



KRIMINOLOGI SYARIAH

Penulis : Chairil A Adjis, SH, MSi. 
dan  Dudi Akasyah, SAg, MSi.
ISBN 978-602-19090-0-3
Harga: Rp 50.000,-
(Stok Habis)



BAHAGIA
Sekarang dan Selamanya
Penulis : Dudi Akasyah, SAg, MSi.
ISBN 978-602-9376-14-2
Harga: Rp 25.000,-
(Ready Stock)



SABAR DALAM BERBUAT BAIK
Penulis : Dudi Akasyah, SAg, MSi.
ISBN 978-602-98612-1-1
Harga: Rp 25.000,-
(Ready Stock)




JANGAN BERPUTUS ASA

Penulis : Dudi Akasyah, SAg, MSi.
ISBN 978-602-98612-2-8
Harga: Rp 25.000,-
(Ready Stock)





AGAMA ISLAM
Jalan keselamatan
Penulis : Dudi Akasyah, SAg, MSi.
ISBN 978-602-9376-13-5
Harga: Rp 25.000,-
(Ready Stock)



BAITUL MAAL
Penulis : Dudi Akasyah, SAg, MSi.
ISBN 978-602-98612-0-4
Harga: Rp 25.000,-
(Stok Habis)






50 MUTIARA
Menjadi Murid Juara
Penulis : Dudi Akasyah, SAg, MSi.
ISBN 978-602-9376-12-8
Harga: Rp 25.000,-
(Ready Stock)


Buku Kami Tersedia di GRAMEDIA

atau dapat juga menghubungi kami
Telp
021-9550 2828
Atau SMS
085224177550

PUSTAKA SAKINAH JAKARTA



Pemesanan Buku :

- Harga buku belum termasuk ongkos kirim
- Rekening Bank Muamalat 601923 900 6795199 Cab. Buaran Klender, Jakarta Timur, a.n. Dudi Akasyah
  atau  BRI-BRITAMA KCP Gading Elok No.Rek. 0540-01-005910-50-9, a.n. Dudi Akasyah, M.Si.

Islam Cemerlang Pedongkelan


ISLAM CEMERLANG PEDONGKELAN
REMAJA MASJID PEDULI UMAT
PEDULI ANAK JALANAN
Sejak Tahun 2006
Penulis: Dudi Akasyah Ihsan
Pendiri Islam Cemerlang
Bermula dari Remaja Masjid
Pada tahun 2006, kami (teman-teman remaja masjid yaitu dari Remaja Islam Attaqwa (RIAT) Kavling C Kelapa Gading Barat dan IRMAIS (Ikatan Remaja Masjid Al-Ikhlash) Jl P Galang Kelapa Gading Barat. Kami merencanakan untuk membuat kegiatan bagi anak-anak jalanan.
Sasaran: Anak Jalanan di Perempatan Cocacola (Cempaka Putih)
Sasaran kami adalah anak-anak jalanan di perempatan Cocacola (Cempaka Putih). Alasannya: [1] Kawasan tersebut yang paling dekat dengan kami [2] Tempat tersebut sangat rawan kejahatan sehingga perlu segera ditangani.
Program Kami: Orientasi Ilmu
Kami mempunyai program bahwa untuk membantu anak jalanan, tidak cukup hanya dengan santunan setelah itu mereka ditinggalkan. Namun bagaimana bentuk bantuan itu harus dilakukan secara kontinyu. Akhirnya kami memunculkan program mengajar Iqra untuk anak jalanan. Menurut kami, jika kita memberi ilmu maka kita selamanya akan mampu untuk membantu, sebab pemberian ilmu tidak akan berkurang, bahkan semakih ilmu itu diberikan maka ilmu akan semakin bertambah.
Asal Mula Nama Islam Cemerlang
Pada tahun 2006, di media pemberitaan sedang gencar meng-konotasikan nama Islam dengan sebutan—yang menurut kami tak patut—seperti sebutan “Islam teroris, Islam ekstrimis, Islam tradisional, Islam Abangan, dsb” sebutan itu tak patut disematkan kepada Islam. Oleh sebab itulah maka kami menamakan kegiatan kami dengan “Islam Cemerlang.” Kami ingin menempatkan Islam sebagaimana mestinya, bahwa Islam itu Mulia, Islam itu Indah. Islam itu Hebat, Islam itu Cahaya, Islam itu Brilian, Islam itu Cemerlang.” Demikian tentang asal mula kegiatan kami bernama “Islam Cemerlang.”
Mengajar Anak Jalanan di Kolong Jembatan
Dengan hanya berbekal Iqra, kami memulai mengajar anak-anak jalanan tepatnya di kolong jembatan perempatan Cocacola (Cempaka Putih). Pertama-tama kami bertanya tentang agama anak-anak itu, takutnya non Muslim. Jika non-Muslim kami tidak akan mengajari mereka mengaji. Kami bertanya kepada salah seorang anak jalanan: “Apa agama adik?” Anak kecil itu tampak kebingungan. Ia menjawab: “Cina.” Kami bingung, kemudian kami bertanya lagi: “Saat bulan puasa, adik puasa nggak?” Ia menjawab: “Saya puasa.” Kalau begitu dia Muslim, maka kami bersiap mengajari mereka mengaji.
Awalnya kami kesulitan, sebab “koordinator” para anak jalanan tersebut menegur kami, mereka berkilah bahwa di sana tempatnya nyari duit. Kami pun menyiasati yaitu seorang anak yang mengaji kami beri uang Rp 1.000. Sumber dananya dari zakat penghasilan kami, sebab rata-rata kami sudah bekerja. Kami mengajar Iqra di Perempatan jalan yang hiruk-pikuk dengan suara kendaraan, maklumlah di perempatan jalan yang padat dengan kendaraan dari berbagai arah. Kadang mengajar di trotoar, kadang mengajar dekat pos polisi. Pengajaran Iqra kami lakukan seminggu sekali, setiap hari sabtu, setelah sholat subuh sampai jam 07.00. Kami melakukan di waktu tersebut berdasarkan pertimbangan: [1] Kalau malam, pengamen anak lebih sibuk ngamen di mobil-mobil [2] Disesuaikan dengan waktu bekerja kami.
Kami mengajar di kolong jembatan sekitar empat bulan. Kemudian kami bertanya kepada anak jalanan. Pada saat itu yang kami tanya adalah pengamen anak kecil, ia anak yatim, lima bersaudara. Kami bertanya: “Dimana adik tinggal?” ia menjawab: “Di Pedongkelan.” Tak berapa lama, Ibunya datang. Ibu tersebut bernama Ibu Nafsiyah. Kami ingin berkunjung ke tempat dimana pengamen anak-anak itu tinggal, apalagi mereka anak yatim dengan lima saudara. Ibu Nafsiah dengan senang hati mempersilahkan kami untuk mengunjungi gubuknya di Pedongkelan.
Mengajar di Pedongkelan
Kami berjalan menuju ke Pedongkelan. Awalnya kami ketakutan untuk memasuki kawasan tersebut sebab image untuk kawasan itu terlalu sangar buat kami. Namun, karena penunjuknya adalah Ibu Nafsiyah yang notabene tinggal di sana maka kami pun memberanikan diri untuk memasuki kawasan itu.
Saat memasuki kawasan Pedongkelan, yang pertama kami rasakaan adalah “polusi” bau sampah dan bau air kotor yang membuat kami mual-mual, kami sering menahan nafas agar bau tak tercium. Gubuk-gubuk berdempetan. Kami memasuk lorong sempit di antara gubuk-gubuk padat penghuni. Tikus-tikus berukuran besar yang berlalu lalang seringkali membuat kami geli. Akhirnya sampailah ke gubuk Ibu Nafsiyah. Ukuran tempat tinggalnya kira-kira 2 x 3 meter. Lantainya tanah, sebagiannya dilapisi triplek bekas.
 Kami memohon izin kepada tuan rumah (Ibu Nafsiah) untuk mengajar Iqra anak-anak di rumah (gubuk) beliau. Beliau menyambutnya dengan senang hati. Kami pun mulai mengajar. Setiap jumat malam kami mengadakan pengajian di rumah Ibu Nafsiah. Awalnya jumlah murid 10 orang. Kemudian 15 orang. Tempat sudah tidak muat, mulai luber ke luar gubuk. Kemudian Ibu Nafsiah menawari kami untuk menambah ruangan yaitu di rumah (gubuk) sebelah yaitu di tempat Pak Jaya dan tempat Pak Nur. Beliau berdua dengan senang hati bersedia menjadikan tempat tinggalnya untuk tempat mengaji. Maka jadilah tempat pengajian anak-anak di tiga tempat (Tempat Bu Nafsiah, Pak Jaya, dan Pak Nur).
Jumlah anak yang mengikuti pengajian (Iqra) semakin banyak. Alhamdulillah, teman-teman remaja masjid yang bersedia mengajar semakin bertambah sehingga kami memperoleh tenaga bantuan. Jumlah anak yang belajar Iqra mencapai kurang lebih 200 orang.
Kami menyelenggarakan Beberapa Program
Seiring dengan berjalannya kegiatan belajar mengajar dan antusiasme warga. Kami mengadakan beberapa kegiatan tambahan, yaitu Pengajian Remaja, Majlis Taklim Ibu, Taman Kanak-Kanak, dan Bimbingan Belajar. Mengapa kami mengadakan TK (Taman Kanak-Kanak)? Sebab kami prihatin bahwa di sana yang ada hanya TK Kristen, padahal mayoritas warga Pedongkelan beragama Islam. Itulah yang menjadi alasan bagi kami untuk mendirikan TK Islam Cemerlang di Pedongkelan.
Alhamdulillah, Allah SWT menganugerahi istiqamah kepada kami. Hanya baru inilah yang dapat kami berikan kepada mereka. Meskipun begitu, kami rutin dapat memberi kepada mereka. Yakni “ilmu,” itulah pemberian yang istiqamah. Meskipun yang dapat kami berikan adalah pengetahuan kami tentang Iqra 1, Iqra 2; namun harapan kami kelak mereka dapat menemukan jalan untuk meraih ilmu yang lebih tinggi dan ilmu yang bermanfaat. Selama kurang lebih 4 tahun kami mengajar di gubuk-gubuk itu (sampai tahun 2009).
Kegiatan semakin padat. Kami memandang bahwa perlu ada tempat yang lebih khusus untuk mendidik para murid. Allah SWT mendengar permohonan kami, tak berapa lama ada yang menawari sepetak tanah ukuran 6x8 meter. Kami pun mendirikan bangunan sederhana dari triplek bekas dan atap asbes bekas. Alhamdulillah dapat selesai tepat waktu. Bahkan selanjutnya ada warga yang menawari sebidang tanah yang ada di halaman Islam Cemerlang. Setelah melalui tahap negosiasi maka kami mempunyai halaman ukuran 6,5 x 14 meter.
Dengan berdirinya sekretariat kami maka kegiatan lebih fokus dan semakin bervariasi. Para relawan muda yang bergabung dengan kami semakin bertambah. Mereka berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini sangat baik untuk pendidikan yang lebih bervariasi. Ibu-ibu Pedongkelan mendapat pelajaran tambahan dan berbagai pelatihan keterampilan dan wirausaha. Seperti latihan membuat pernak-pernik, latihan memasak, penyuluhan keluarga sehat, dan berbagai penyuluhan lainnya.
Mewujudkan Shalat Berjamaah dan Shalat Jumat
Kami mempunyai impian, bahwa Islam Cemerlang ingin menyelenggarakan sholat jumat bagi warga Pedongkelan. Jarak antara kawasan Pedongkelan dengan Masjid sangat jauh. Mereka harus berjalan kaki ke Masjid Busway, atau ke masjid di Kodamar, atau ke masjid ITC. Mungkin bagi mereka yang kuat iman maka mereka akan mengerjakan shalat jumat, namun bagi mereka yang lemah iman maka besar kemungkinan mereka tidak shalat.
Alhamdulillah, doa kami dikabulkan Allah. Sekarang (27 Januari 2012) atas izin Allah, kami telah mendirikan bangunan masjid sederhana di halaman sekretariat. Masjid tersebut berukuran 6,5 x 14 meter, terbuat dari tembok setengah, dan setengahnya dari triplek, serta atap dari asbes. Kini, Islam Cemerlang memiliki dua bangunan, bangunan pertama untuk ruang pendidikan, bangunan kedua untuk masjid (sekaligus berfungsi sebagai ruang serbaguna).
Penutup
Remaja Masjid Peduli Umat yang digulirkan tahun 2006, pertama kali didukung oleh Remaja Islam Attaqwa dan Remaja Masjid Al-Ikhlash, dimana program kerjanya mengajar anak-anak jalanan di Pedongkelan, Alhamdulillah terus mengalami perkembangan. Kegiatan membantu para dhuafa telah menjadi inspirasi yang penting bagi kami bahwa hidup ini sangat bermakna jika diisi dengan membantu orang-orang yang membutuhkan. Ada peribahasa: “Mempertahankan lebih sulit daripada meraih” merupakan cambuk bagi kami untuk istiqamah di dalam perjuangan menggapai ridha Allah SWT.
 
Penulis: Dudi Akasyah Ihsan
Pendiri Islam Cemerlang