Arsip Blog

Selasa, 27 Oktober 2015

Sabar itu Menguntungkan


KARUNIA SABAR
Sabar itu Menguntungkan

Dudi Akasyah Ihsan

Segala hal yang sedang kita jalani membutuhkan kesabaran. Sabar artinya menahan diri agar terhindar dari kecelakaan, dosa, atau hal-hal yang merugikan.
Sebagai contoh orang yang naik kendaraan, di saat jalan kosong maka ia sabar agar tidak ngebut. Di saat jalan macet maka ia juga perlu bersabar sehingga tidak emosional. Bagi orang kaya maka bentuk kesabarannya adalah tidak mengikuti bisikan hawa nafsu, bagi orang miskin bentuk kesabarannya adalah tidak meminta-minta, apalagi mencuri dan sejenisnya. Dengan demikian maka kesabaran berfungsi agar kita selamat.
Sabar, anugerah terbaik
Sabar merupakan mutiara yang jarang ditemukan. Ia hanya bisa ditemukan dalam diri seorang penyabar.
Hidup seorang penyabar jauh lebih nyaman dan aman dibandingkan dengan orang yang diperbudak nafsu.
Kenyamanan dalam kesabaran tidak dapat ditemukan di tempat mana pun melainkan hanya ditemukan dalam diri seorang penyabar.
Rasulullah  bersabda:
Tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran (HR. Bukhari Muslim)
Sifat sabar merupakan pemberian dari Allah. Dalam diri kita sebenarnya terdapat sifat sabar, namun berbeda orang dalam menerimanya; ada orang yang menggunakan sabar sehingga ia menjadi penyabar, namun ada juga orang yang tidak mau sabar sehingga nafsu amarah yang lebih menguasai.
Seorang penyabar akan diberikan dada lapang, memandang dunia ini luas dan melihat terdapat banyak jalan kebaikan yang dapat ia tempuh.
Orang sabar akan memandang bahwa ujian hidup adalah untuk lebih mengokohkan iman dan sabar dalam hatinya, sehingga sedikit pun ia tidak akan mundur dari pengabdian kepada Allah.
Sabar, pasti Allah ganti dengan yang lebih baik
Orang yang tidak sabar mengatakan bahwa ketidak-sabarannya itu supaya dapat memperoleh hasil yang lebih baik, padahal sebenarnya kesabaran itulah yang membuat pencapaian menjadi lebih baik, bahkan Allah akan memberikan imbalan yang lebih besar bagi orang sabar.
Ibnu Katsir berkata : ”Barangsiapa yang ditimpa musibah, kemudian dia yakin itu semua adalah keputusan dan takdir Allah, lalu bersabar dan menerimanya dengan lapang dada, serta taat ibadah, maka pasti Allah akan memberikan apa yang tidak diperoleh dari duniawi, yaitu petunjuk dalam hatinya, keyakinan dan sifat jujur, atau (kalau tidak demikian), maka pasti Allah Ta’ala akan menukar apa yang luput darinya dengan ganti yang lebih baik lagi.”
Kesabaran adalah bekal yang sangat berharga di dalam menjalani hidup yang dipenuhi dengan berbagai ujian. Kita juga harus berbahagia dengan adanya ujian-ujian, sebab melalui ujian itu Allah akan angkat derajat kita. Melalui serangkaian ujian akan terlihat siapa yang mengikuti Allah dan siapa yang mengikuti jalan yang jelek.
Orang-orang mulia yang terdahulu atau orang-orang salih, mereka menduduki tempat yang mulia setelah ditempa dengan berbagai ujian dimana mereka dapat melewatinya dengan kesabaran.
Melalui Sabar, maka akan diberi ampunan dan pahala yang besar
Jangan bersedih ketika ujian  yang tak mengenakan tiba sebab hal itu akan mendatangkan imbalan yang lebih besar dari Allah. Allah telah menyiapkan hadiah bagi orang yang dapat melewati ujian dengan kesabaran. Melalui ujian Dia juga akan menghapus dosa-dosa yang pernah dilakukan orang itu di masa lalunya.
Allah berfirman:
Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar (QS. Hud, 11:11).
Kesabaran akan berbuah hasil yang lebih baik dari apa yang dikerjakan
Orang yang sabar akan memperoleh hasil yang diluar dugaan, sebab Allah akan memberikan berkah kepada orang itu karena kesabarannya.
Kepayahan yang dijalani orang sabar akan mendapat imbalan (pahala) dari Allah. Meski ia berjalan di tempat gelap, tak ada seorang pun yang melihatnya, namun Allah maha melihat dan maha teliti dalam memberikan upah kepada hamba-Nya. Allah berfirman:
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An Nahl, 16:96).
Ketika ujian datang, kita perlu bersabar, menerima dengan lapang dada, tetap di dalam beribadah dan tetap tekun dalam amal salih.
Penutup
Ujian-ujian hidup yang dijalani dengan kesabaran merupakan jalan yang sangat baik di dalam menuju ridha Allah  Sabar itu indah, mensucikan, bertahtakan ampunan, dan jalan kemenangan serta memperoleh pahala yang besar dari Allah. Berilah kabar gembira dari Allah bagi orang-orang yang sabar.


Dudi Akasyah Ihsan
Sakinah2007@gmail.com
HP 085-222-777-235
Diambil dari
Buku Hayatun Najah bil Iman wal Amal
 (Pribadi sukses dengan Iman dan Amal)
Penulis: Dudi Akasyah Ihsan
Jakarta: Pustaka Sakinah

Selasa, 27 Januari 2015

Hikmah Tafakur


TAFAKUR 13 September 2014

HIKMAH TAFAKUR

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS. Al-A’raf, 7:179)  

Definisi
Tafakur berasal dari kata fikr yang artinya memikirkan, berpikir, menggunakan akal, menggunakan inderawi mata, telinga, mulut, otak, hati, kulit, rasa, hidung, dan sejenisnya.
Mukadimah
Pernahkah kita mentafakuri matahari? Ia setiap hari menerangi kita, kita menjemur pakaian mengambil manfaat darinya. Pernahkah kita menengadahkan wajah kita ke langit, menyaksikan awan putih, langit yang luas, atau bintang-bintang. Pernahkah kita meluangkan waktu untuk memikirkan detak jantung, peredaran darah. Pernah tidak kita mengamati daun-daunan, warna bunga, mengamati semut,  memahami dan menghayati perintah Allah, merenungi syariat, dan banyak lagi objek yang dapat kita tafakuri.
Melalui tafakur kita akan refresh, menjernihkan pikir yang selama ini sering diperkeruh oleh ambisi dan nafsu.
Mata bukanlah untuk melihat maksiyat, telinga juga bukan untuk mendengarkan hal yang tidak berguna, demikian juga mulut, dan akal pikiran.
Namun, sesungguhnya penciptaan mata, telinga, mulut, pikiran, dan hati adalah untuk mencerap dan menyaksikan betapa kemaha-besaran Allah  
Mata menjadi saksi saat memandang keagungan ciptaan Allah. Telinga menjadi saksi saat mendengarkan suara burung-burung, suara-suara hewan, mendengarkan nasihat dan gema ayat Al-Qur’an, dan mulut pun menjadi saksi untuk mengatakan kebenaran, menerima ilmu, dan nasihat.
Janganlah kita menjadi orang yang setiap hari diberi cahaya matahari namun satu saat pun belum pernah kita mentafakuri penciptaan matahari.
Janganlah kita dipayungi awan, jika satu saat pun belum pernah merenungi awan.
Janganlah kita seperti orang yang suka menerima air hujan, tetapi kita tidak mau sejenak pun mentafakuri karunia hujan.
Ajakan untuk tafakur adalah suatu ajakan agar kita kembali kepada pengabdian kita kepada Allah  dengan pengabdian yang khidmat, ibadah yang mendalam, serta pemantapan keimanan.
Uraian
Arianti Wahyuni, menulis dalam artikelnya berjudul Berfikir (Tafakur) sebagai Jalan Masuknya Hikmah (2012). Ia menulis pepatah Barat mengatakan: I hear, I forget, I see, I Know, I understand.
Menerima kebenaran dengan menemukan kebenaran adalah suatu hal yang berbeda.
Kebenaran yang ditemukan sendiri ibarat mata air yang tak pernah kering, sedangkan kebenaran yang kita terima dari manusia seperti hujan di musim kemarau.
Ali bin Abi Thalib  berkata: “Janganlah kamu mengenal dan mengikuti kebenaran karena tokohnya, tetapi kenalilah kebenaran itu sendiri, niscaya kamu akan mengetahui siapa tokohnya.”
Said Hawa dalam Al-Mustakhlash fi Tazkiyatil Anfus, berkata bahwa kemampuan akal tidak akan terwujud kecuali dengan perpaduan dzikir dan pikir pada diri manusia (Artikel, Tafakur, dari www.dakwatuna.com/2010/04)
Abu Darda  berkata: “tafakur adalah amalan yang paling utama, dengan tafakur seseorang bisa memahami sesuatu hingga hakikat.”
Imam Syafii  berkata “milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan dengan berpikir.”
Sayid Qutub dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran menulis bahwa ulul albaab adalah orang-orang yang memiliki pemikiran dan pemahaman yang benar. (Sigit Indrijono, Keutamaan Tafakur, 23 Maret 2011, Republika.co.id)
Ibnu Qayyim berkata: “Berpikir akan membuahkan ilmu pengetahuan, pengetahuan akan melahirkan perubahan pada hati, hati akan melahirkan kehendak, dan kehendak akan melahirkan amal perbuatan.”
Imam Al-Ghazali  berkata bahwa semua yang ada di alam semesta adalah ciptaan dan karya Allah, semuanya memiliki keajaiban masing-masing, semuanya perlu ditafakuri. Tafakur merupakan pemikiran tanpa batas, kecuali memikirkan dzat Allah maka hal itu tidak diperbolehkan sebab akal pikiran tak akan sanggup melakukannya. Ibnu Abbas  berkata: “Dzat Allah  terhalang oleh oleh tirai sifat-sifatNya, dan sifat-sifatNya terhijab oleh tirai karya-karyaNya.
Luqman Al-Hakim  berkata kepada anaknya: “Wahai anakku, sesungguhnya hikmah itu mendudukan orang-orang miskin di tempat para raja.”
Ali bin Abi Thalib  berkata: "Tiada ilmu yang lebih baik daripada hasil tafakur."
Di dalam Al-Qur'an ditemukan sedikitnya 130 kali anjuran manusia agar bertafakur.
Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas  meriwayatkan bahwa Nabi  bersabda: Berpikirlah (tafakur) tentang penciptaan Allah  dan jangan berpikir tentang dzat Allah  
Ada atsar yang diriwayatkan Ibnu Hibban berbunyi: "Bertafakur sejenak lebih baik daripada ibadah seribu tahun.”
Hasan Al-Basri  berkata: Tafakur itu seperti cermin yang dapat menunjukan kebaikan dan kejelekanmu. Dengan cermin itu, manusia dapat melihat tanda-tanda yang diberikan Allah  baik yang jelas maupun yang samar, sehingga ia dapat lurus di dalam pengabdian kepada Allah  
Allah  berfirman: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS. Al-A’raf, 7:179)
Kenapa Allah  memberi ancaman seperti ayat di atas, sebab akal, hati, mata, dan telinga itu adalah amanah yang kelak akan ditanya, digunakan apakah mata selama ini, digunakan apa akal selama itu, digunakan apa otak kita, dan seterusnya.
Tafakur melahirkan Dzikir
Sepanjang kita membuka mata, telinga, akal dan hati, maka selama itu pula kita dapat melakukan tafakur. Di sekeliling kita terdapat banyak hal yang ditafakuri. Di saat kita tafakur terbetiklah kita untuk memuji penciptaan apa-apa yang ada di sekeliling kita. Kita akan langsung teringat kepada Allah, kita akan berkata kepada-Nya Ya Allah, sungguh engkau pencipta yang paling baik.
Penutup
Gunakanlah akal pikiran kita untuk tafakur. Melalui tafakur maka kita akan memahami apa yang Allah perintahkan kepada kita. Melalui tafakur kita akan lebih meluruskan niat, memantapkan hati, memperdalam ilmu pengetahuan, memperluas wawasan, mengetahui rahasia-rahasia tersembunyi, memperoleh ilham, memperoleh pahala yang banyak, mampu belajar dari alam, mampu melakukan tindakan secara tepat dan cerdas, perbuatan yang berkualitas; serta masih banyak hikmah lainnya yang terkandung dalam tafakur. Wallahu a’lam bish shawab.
Dudi Akasyah
13 September 2014